Kumpulan Startup Pertanian di Indonesia
Bisnis startup di
tanah air selama ini masih dikuasai oleh para startup yang
bergerak di bidang e-commerce dan
layanan on demand. Hal ini dibuktikan
dengan kemunculan nama-nama startup besar,
mulai dari Tokopedia, Bukalapak,
hingga GO-JEK.
Kedua bisnis tersebut pun kian ramai dengan masuknya para konglomerat lokal
hingga para pemain asing.
Padahal, Indonesia
sendiri merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bergerak di bidang
pertanian. Data terbaru Badan Pusat Statistik
(BPS) menunjukkan bahwa 37,77 juta penduduk Indonesia bekerja
di sektor pertanian, lebih besar dari sektor-sektor bisnis lainnya.
Melihat potensi
tersebut, akhirnya mulai bermunculan beberapa startup yang
membuat aplikasi untuk mengembangkan bisnis di bidang pertanian. Tak cuma
mendapat produk pertanian berkualitas, startup dan
aplikasi ini juga bisa membantu kamu untuk mendapat informasi soal harga produk
pertanian. Di sisi lain, startup dan
aplikasi pertanian ini juga bisa menjadi sumber informasi bagi petani
mengenai cara bercocok tanam, solusi masalah pertanian, dan sebagainya.
Apa saja startup dan
aplikasi pertanian tersebut
Crowde
Crowde adalah platform investasi bersama di bidang agrikultur
yang membuka peluang pemiliki modal atau investor untuk berinvestasi dalam
bidang tersebut. Model bisnis Crowde hampir sama dengan platform investasi
lainnya. Untuk investor mereka bisa terlibat dalam satu proyek dengan dana
minimal Rp 10 ribu. Sedangkan untuk sistem profitnya, Crowde bekerja dengan
sistem bagi hasil syariah. Langkah ini dinilai adil untuk investor dan juga
petani itu sendiri.
Sistemnya
seperti ini, contoh saja seorang investor melakukan investasi sebesar Rp 10
ribu. ketika suatu proyek untuk 10% maka imbal hasil yang diberikan ke investor
adalah Rp 11 ribu. namun ketika petani merugi 5% maka imbal hasilnya menjadi Rp
9.500. Sementara untuk monetisasi, Crowde menggunakan sistem komisi sebesar 3%
untuk setiap proyek yang berhasil didanai sesuai kebutuhan.
Setiap proyek-proyek yang masuk sebelumnya terlebih dahulu
diseleksi oleh pihak Crowde. Selain itu, mereka juga menerapkan beberapa
persyaratan utama yang harus dimiliki para petani, seperti harus memiliki
pengalaman di bidang yang ingin diajukan, ada pasar untuk berjualan, dan hanya
memerlukan dana untuk mengembangkan usahanya. Setelah itu, untuk pemilihan
proyek sebelum mereka layak mendapatkan investasi, Crowde melakukan analisa risiko.
Mulai dari risiko penanaman hingga fluktasi harga dan pasar.
Sedikitnya sudah ada 350 petani dan 1000 orang investor yang
sudah bergabung dalam portal ini. Kurang lebih sudah ada puluhan ribu tampil di
halaman Crowde. Proyek-proyek tersebut tidak hanya di bidang agrikultur saja,
tapi sudah bergerak ke sektor perikanan, peternakan, hingga trading.
Iwak.me
Startup yang didirikan oleh 5
mahasiswa UGM ini menawarkan platform investasi bersama khusus untuk bisnis
ikan air tawar secara digital. Program pemberdayaan ini berawal dari kondisi
perekonomian masyarakat kota Nganjuk yang memprihatinkan. Sehingga membuat
Hestyriani Anisa, Ade Armyanta Yusfantri, Anggita Arum Pertiwi dan Rian Adam
Rajagede membuat program pemberdayaan masyarakat melalui budidaya ikan air
tawar yang mereka beri nama Iwak.me. Mereka menjalankan startup ini dimulai
sejak Juli 2015, dengan tidak hanya memberikan permodalan dari investor untuk
pengusaha ikan air tawar tapi juga memberikan edukasi untuk mereka.
Selain memberikan askes permodalan,
Iwak.me juga memudahkan investor untuk memantau bisnis ikannya secara online.
berbagai data seperti laporan keuangan, serta kerugian proyek pun bisa diakses
secara real-time melalui situs www.iwak.me.
Mengenai keuntungan yang diperoleh investor, Iwak.me
menggunakan sistem bagi hasil sebesar 40% dari keuntungan bersih tiap panen,
dengan estimasi 3-4 bulan. Namun untuk besarnya minimal investasi Iwak.me
mempatok sebesar Rp 150.000.
Sistem permodalan yang dibesut oleh Iwak.me cukup sederhana
setelah investor masuk, Iwak membudidayakan ikan melalui 2-3 kolam di keluarga
petani. Pada setiap tahapan budidaya, petani didampingi dan diawasi oleh tim
ahli dibidang perikanan. Apabila sudah masuk masa panen maka hasilnya akan
dijual kepada pedagang berskala besar dan keuntungan penjual dibagi kepada
investor, tim manajemen dan petani.
Total kini sudah ada 14 petani yang diberdayakan oleh
Iwak.me. Sementara apresiasi dari para investor pun tidak terbendung kini sudah
mencapai 300 investor yang tercatat sebagai pemberi modal untuk petani. Dari
informasi terbaru dari situsnya Iwak.me sudah memenuhi batas kuota investasi,
dan bagi investor yang ingin berinvestasi harus masuk wating list terlebih
dahulu.
Growpal
Startup yang memberikan akses
modal untuk petani selanjutnya adalah Growpal. Growpal merupakan startup di
bidang financial technology, sebagai jembatan untuk mempertemukan pemilik modal
sponsor, pemilik lahan, dan petani ikan laut dan pembeli hasil panen di bidang
agribisnis perikanan. Satartup ini dapat membuktikan eksistensinya di ranah
international. Melalui bisnis rintisan inilah komoditas ikan kerapu dan udang
bisa eskpor ke luar negeri.
Dilansir dari Liputan6.com rata-rata Growpal sebulan mampu
mengeskpor kerapu hingga 400 ton dan udang hingga 50 ton. CEO Growpal Achmad
Rizqi mengatakan pihaknya sejak awal tahun ini sudah menerima dana dari
investor sekitar Rp 3 miliar. Untuk pasar ekspor primer mereka ada di semua
kawasan negara di Asia tenggara dan sisanya dalam jumlah kecil di Hongkong
serta Amerika Serikat.
Untuk sistem pembagian keuntungan, Growpal juga menerapkan
sistem bagi hasil dari untung bersih. bagi hasil dibagikan kepada para anggota
yaitu pengelola sebesar 35%, sponsor 55% dan independent surveyor/agent dan
administrator grow pal sebesar 10%. Namun ketentuan ini bisa saja berubah
tergantung kesepakatan bersama. untuk komoditas ikan/udang yang lainnya yang
per musim akan diperhitungkan juga kasus per kasusnya tergantung dari jenis
komoditasnya.
Besaran investasi yang bisa disalurkan oleh penanam modal dan
sponsor sekitar Rp 20 juta untuk ikan kerapu dan Rp 200 juta utuk udang.
Tingkat return of investment (Rol) diklaim paling tinggi dari fintech
sejenisnya yaitu sekitar 35-50%.
I-Grow
Platform ini diinisasi oleh
stratup Center dan Badr Interractive yang diluncurkan pada akhir tahun 2014
yang memiliki visi untuk membatu petani lokal, pemilik lahan yang belum optimal
diberdayakan, dan para investor untuk berkolaborasi bersama untuk membangun
perekonomian agribisnis. Di sini iGrow tidak hanya menjadi platform untuk
mempertemukan petani, pemilik modal dan lahan saja namun juga mengidentifikasi
tanaman yang punya kebutuhan tinggi di pasar, stabilitas harga dan
karakteristik yang baik. Sehingga ini akan menguntungkan bagi pihak manapun.
Model bisnis dari iGrow mereka mengibatkan seperti bermain
game Farmville, di mana investor sebagai pemain dan karakter di dalamnya adalah
petani. Maka penginvestor tidak hanya bisa melihat investasi mereka tapi juga
bisa merasakan senangnya menumbuhkan dan melihat perkembangan tanaman yang
mereka danai melalui platform iGrow.
Startup yang berhasil mendapatkan penghargaan Champion dari
Pemersatu Bangsa Bangsa (PBB) dalam kompetisi global The World Summit on The
Information Society untuk kategori inisiatif karya bangsa Indonesia ini tidak
secara khusus menentukan minimal modal yang bisa diinvestasikan. Hal ini
tergantung pada apa yang ingin disponsori oleh investor. Umumnya terdiri dari
biaya sewa tanah jangka panjang, biaya bibit, biaya pemeliharaan dan
obat-obatan yang terkait bila dibutuhkan.
Sedangkan untuk besarnya hasil yang akan didapatkan Investor,
Igrow memberlakukan sistem bagi hasil, 40 % untuk pemilik lahan KKP, 40 %
pengelola atas pekerjaannya sejak menanam sampai pohon panen dan pengelolaan
pohon ketika berbuah dan 20% untuk pekerjaan supervisi dan administrasi – yang
terdiri dari supervisor independent dan administrator iGrow.
sampai saat ini untuk di pasar Indonesia, iGrow telah
berhasil memberdayakan lebih dari 2200 petani di 1197 hektar lebih lahan dan
memperoleh lebih dari 500 ton panen kacang tanah yang berkualitas. Hasil panen
tersebut pun didistribusikan ke industri-industri besar seperti GarudaFood,
Carrefour dan sebagainya.
Eragano
Bisnis rintisan yang dikepalai oleh Stephanie Jesselyn dan
Aris Hendrawan hadir sebagai solusi pertanian dari hulu ke hilir secara online
yang pertama dan satu-satunya bagi petani rumah tangga atau plasma. Mulai
beroperasi sejak Oktober 2015, Eragano sudah membantu lebih dari puluhan petani
dan mengelola lebih dari 19 hektar lahan di Pengalengan dan Lembang, Jawa
Barat.
Eksistensi startup ini di bidang
agribisnis sangat diapresasi. Bahkan tahun lalu, Eragano berhasil mendapatkan
pendanaan awal dair East Ventures, yang mereka gunakan untuk memperbesar tim
dan mengakselerasi pengembangan teknologi dan marketplacenya. Bahkan sebelum
mendapatkan suntikan modal itu, Eragano telah dinominasikan di Appcelerate.
Apa layanan yang diberikan oleh
Eragano? Eragano membangun platform untuk membantu petani terkoneksi dengan
fasilitas pinjaman mikro (micro loan). Tapi tidak hanya sampai di sana saja,
Eragano juga ikut berkontribusi untuk menjual komoditas pertanian tersebut
dengan harga terbaik ke beberapa restoran, hotel dan juga perusahaan di bidang
lainnya yang membutuhkan komoditas tersebut. Juga membantu para petani
untuk bisa mengikuti cara budidaya berdasarkan riset pembudidayaan yang benar.
Sementara permodalan, petani bisa
mengisi formulir pada aplikasi Eragano. Kemudian tim mereka akan memfasilitasi
petani untuk mengurus perjanjian secara offline, dengan menetapkan berapa modal
yang dibutuhkan dan bagaimana sistem permodalannya. Sampai saat ini Eragano
sudah melayani petani yang membutuhkan pendanaan dengan dukungan permodalan
dari perbankan.
Agar dapat diakses dengan mudah,
Eragano sudah mengembangkan aplikasi mobile yang bisa diakses melalui
smartphone dengan sitem OS Android. Untuk para petani, aplikasi ini berguna
unruk membantu masalah yang sering dihadapi petani seperti membeli kebutuhan
bertani, pinjaman dan asuransi, serta menjual hasil panen. Adapun bagi hasil
margin yang ditetapkan tergantung dari jumlah pengambilan barang yang
dilakukan.
Komentar
Posting Komentar